Jakarta, sindonews.id - Sudah lebih dari dua pekan, masyarakat mengeluhkan sulitnya memperoleh BBM di jaringan SPBU Shell.
Kekosongan pasokan ini bukan hanya masalah teknis, tetapi menimbulkan pertanyaan serius tentang peran Pertamina sebagai BUMN energi dalam menjamin ketersediaan bahan bakar bagi rakyat.
Warga mempertanyakan mengapa distribusi BBM dibiarkan timpang. SPBU Shell kosong, sementara antrean di SPBU Pertamina makin panjang. Situasi ini memukul aktivitas masyarakat, usaha kecil, hingga sektor transportasi.
“Kalau Pertamina memang memegang kendali distribusi, seharusnya tidak ada kelangkaan berkepanjangan. Kenapa dibiarkan warga susah cari bensin sampai dua minggu?” tegas Arif, warga Jakarta. Selasa (23/09/2025).
Dampak Negatif yang Kian Nyata
Antrean panjang di SPBU Pertamina: waktu produktif masyarakat terbuang.
Bisnis dan transportasi terganggu: pengemudi ojol, kurir logistik, hingga pedagang kecil kehilangan omzet karena kesulitan BBM.
Iklim usaha terhambat: kelangkaan BBM non-Pertamina membuat pasar tidak sehat, masyarakat kehilangan pilihan.
Kepercayaan publik menurun: ketiadaan penjelasan terbuka dari Pertamina maupun pemerintah membuat warga merasa ditinggalkan.
“BUMN sebesar Pertamina harusnya sigap. Bukan hanya soal harga, tapi juga memastikan pasokan lancar. Kalau BBM kosong sampai dua minggu, siapa yang bertanggung jawab?” kata Lina, pengguna mobil pribadi di Jakarta Barat.
Jangan Persulit Swasta
Warga juga menyoroti pentingnya kehadiran SPBU swasta seperti Shell. Kehadiran mereka memberi pilihan lebih luas, mendorong kompetisi sehat, dan bisa menarik investasi baru.
Jika pasokan BBM swasta terus terhambat, muncul kesan bahwa ada pembiaran yang membuat Shell sulit berkembang.
“Orang mau investasi justru dipersulit, ya bagaimana pasar bisa sehat? Jangan sampai Pertamina merasa nyaman sendiri, sementara warga jadi korban kelangkaan,” ujar Anton, pengemudi ojol.
Tuntutan Warga
Masyarakat mendesak Pertamina dan pemerintah segera memberi kejelasan, baik soal distribusi maupun regulasi. Transparansi diperlukan agar publik tidak merasa ada “permainan” yang menghambat pemain swasta.
“Kami tidak butuh alasan bertele-tele. Yang penting BBM tersedia. Baik Shell maupun Pertamina harus sama-sama lancar, karena yang dirugikan kalau begini adalah rakyat kecil,” tambah Anton. Rill/Red
Komentar0