TUO9BUW7TUW7TSd7TSMpGfdpTi==

Pakar Spiritualitas Ki Jumanta Nilai Heikal Safar Pahami Makna Ilahi dalam Kepemimpinan

Jakarta, sindonews.id - Pakar Potensi dan Pemerhati Spiritualitas, Ki Jumanta, menilai langkah politik Heikal Safar mencerminkan kesadaran akan aturan Ilahi yang menuntun perjalanan kepemimpinan manusia di bumi. 

Ia menyebut, hijrah politik Heikal bukan sekadar strategi sosial, melainkan bentuk pemahaman mendalam terhadap tatanan Tuhan (Allah SWT) yang menempatkan manusia sebagai wakil-Nya untuk menjaga keseimbangan semesta.

Menurut Ki Jumanta, aturan Tuhan telah menetapkan sistem kepemimpinan yang berjalan secara alami melalui garis, fitrah, dan tali suci yang mengikat manusia dengan Tuhannya. 

Dalam pandangan spiritual, pemimpin sejati bukanlah mereka yang hanya cerdas secara intelektual, tetapi yang mampu memahami hubungan antara cahaya Tuhan dan warna kehidupan manusia.

“Segala yang ada di alam ini memiliki ikatan suci antara Tuhan dan ciptaan-Nya. Seperti cahaya yang menimbulkan warna, keberadaan Tuhan pasti disertai dengan keberadaan hamba-Nya. Bahasa Tuhan tak akan lepas dari bahasa manusia, inilah sistem yang bekerja sempurna di alam semesta,” jelas Ki Jumanta. Rabu (5/11).

Ia menegaskan, ketika manusia mencoba memaksakan kehendak dan menjadikan nafsu sebagai penguasa, maka akan lahir kontradiksi dalam peradaban. 

Ki Jumanta, Pakar Potensi dan Spiritual

Perjalanan hidup yang seharusnya mengikuti teks Tuhan justru terhambat oleh ambisi pribadi dan keserakahan. Dari sanalah muncul ketidakseimbangan antara akal dan nurani.

“Akal manusia yang sejatinya diciptakan dari cahaya suci bisa berubah menjadi sumber kedustaan bila tidak diarahkan pada kehendak Ilahi. Di sinilah manusia kehilangan harmoni, karena menolak sistem sempurna yang sudah Tuhan rancang bagi semesta,” ujarnya.

Menurut Ki Jumanta, sistem kepemimpinan yang dirancang oleh Allah SWT sejatinya begitu indah dan kompleks. Ia menggambarkan bahwa “kecerdasan Tuhan” yang melahirkan tatanan alam semesta tidak dapat dijangkau oleh pikiran manusia, bahkan sekalipun seluruh makhluk di langit dan bumi bersatu untuk memahaminya.

“Manusia adalah wujud cahaya Tuhan yang diciptakan untuk diperintah mengikuti aturan-Nya. Ketika manusia menempatkan diri sesuai hukum itu, maka keseimbangan dan kesempurnaan akan tercapai. Tapi ketika nafsu memimpin akal, maka peradaban tergelincir dari rencana sempurna tersebut,” ungkap Ki Jumanta.

Heikal Safar dan Refleksi Kepemimpinan Berbasis Nilai Spiritual

Pandangan Ki Jumanta tersebut muncul setelah ia mengamati langkah politik Heikal Safar, seorang aktivis muda yang kini aktif memperjuangkan aspirasi rakyat kecil melalui jalur politik

Dikenal luas lewat kiprahnya di GRIB Jaya, Yayasan FAAHMI, dan Gerakan Dapur Indonesia, Heikal dinilai membawa semangat baru dalam menggabungkan nilai spiritual dan sosial dalam praktik kepemimpinan.

“Saya melihat dalam diri Heikal Safar ada kesadaran untuk mengembalikan politik pada hakikatnya sebagai alat pengabdian, bukan perebutan kekuasaan. Ia bergerak dengan kesadaran moral dan spiritual, bukan sekadar ambisi pribadi,” kata Ki Jumanta.

Heikal sendiri sebelumnya menegaskan bahwa politik baginya adalah sarana perjuangan untuk rakyat kecil. Melalui program sosial yang digagas bersama istrinya, Nofalia Heikal Safar, ia berupaya membantu masyarakat lewat Gerakan Dapur Indonesia, yang menyediakan makanan bergizi bagi anak sekolah, balita stunting, dan ibu menyusui.

Ki Jumanta menilai langkah Heikal Safar tersebut sejalan dengan aturan Tuhan tentang kepemimpinan bahwa seorang pemimpin sejati adalah mereka yang mengemban amanah Ilahi untuk menebarkan cahaya, bukan mempertebal bayang-bayang kekuasaan.

“Selama manusia berjalan di atas garis Tuhan, cahaya kepemimpinan akan memancar. Heikal Safar, bagi saya, sedang menapaki jalan itu, hijrah dari ambisi menuju pengabdian,” tutupnya. Rill/La

Komentar0

Type above and press Enter to search.